Syams Handicraft Tas dari Limbah Melenggang di Pasar Ekspor

Patricia Tambunan Berita Alumni 01/03/2021

Masa pandemi bukan berarti tidak bisa berkarya. Syahrial Aman telah membuktikannya. Alumnus Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro angkatan 2005 ini berkreasi dengan sampah plastik, menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Bahkan tas karyanya sukses menembus pasar ekspor. 

Syahrial bersama sang istri, Sri Indri Astuti yang alumnus Keperawatan Undip angkatan 2005 berhasil mengembangkan usaha tas anyaman bermerek Syam’s Handicraft, dengan memanfaatkan limbah plastik. Syahrial dan istri dengan jeli membidik peluang di mana banyak konsumen, tetapi sedikit pelaku usahanya.

Di tahun 2018, kami melakukan investasi dengan bahan dasar sampah plastik, lalu seiring berjalannya waktu, kami menyadari perlu adanya pengembangan bahan, seperti motif, model, dan mengikuti fashion yang ada,” ujarnya.

Selain berbahan dasar limbah plastik, tas Syam’s Handicraft memiliki keunikan lain, sehingga diminati kaum hawa, khususnya remaja putri dan ibu muda. Selain sebagai pemanfaatan limbah, tas kami juga memiliki harga yang ekonomis dan mengikuti tren fashion saat ini,” tutur Syahrial.

Produk tas ini memiliki berbagai ukuran, dan tentu harganya pun bervariasi. Tas ukuran kecil, seperti tas tangan, pouch, dan tempat kacamata dijual dengan harga Rp20 ribu, sedangkan tas ukuran sedang dan besar harganya hingga Rp175 ribu. 

Syahrial mengakui bahwa pandemi juga berimbas pada usahanya. Namun, sesuai namanya Syam’s yang berasal dari salah satu surat Alquran, Asyam yang berarti matahari, diharapkan usahanya terus bersinar dan dapat membantu masyarakat. Usaha ini memang telah membuka peluang kerja bagi ratusan kaum ibu di sekitarnya.

“Di masa pandemi banyak ibu-ibu yang mengalami kesusahan. Hadirnya usaha Syam ini dapat membantu mereka dalam memenuhi kebutuhannya. Sampai saat ini kami sudah bekerja dengan 300 ibu untuk melakukan penganyaman” jelas Syahrial yang juga dosen teknik ini.

Meski mengalami kesulitan, ujarnya, usahanya masih berjalan, karena beberapa tempat wisata masih ramai. "Setiap minggu kami bisa mengirim tas ke Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Penjualan kami masih bagus," akunya kepada kontributor IKA Undip.

Tak hanya di pasar lokal, tas buatannya pun telah melanglang ke negeri Sakura, berkat adanya pemasaran digital. Hal ini bermula dari reseller Bali yang memasukkan produk Syam’s ke pasar Jepang.

“Alhamdulillah, produk kami di tahun 2020 telah berhasil masuk pasar Jepang. Melalui reseller Bali yang menjadi tangan ketiga, 1500 tas Syam’s telah dipasarkan di Jepang dan masih terus berlanjut hingga saat ini,” ungkapnya.

Bagi Anda yang tertarik pada tas anyaman ini, silakan mengunjungi akun Instagram @syamsindonesia. (patricia)