Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro mengadakan webinar yang ke-11 kalinya. Kegiatan ini diharapkan dapat mendekatkan hubungan antaralumni dan juga sebagai sarana informasi dalam menjalankan kegiatan di masa pandemi ini. Webinar ini mengusung tema “The 95’s Day: Surviving The Turbulence”.
Webinar yang diadakan pada Sabtu (26/9) ini terasa spesial, mengingat para narasumber berasal dari angkatan 95 FE Undip. Mereka adalah Dr. Ester Sri Astuti S.A., alumnus Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP); Meila Putri Handayani, alumnus IESP yang kini menjabat Head of Brand Marketing Gojek; Indera Widi alumnus akuntansi; Widi Astumo juga alumnus akuntansi yang berkarier sebagai Production Head RTV; dan Santoso, alumnus manajemen yang kini menjabat Chief Business Deveploment Officer Jembatan Emas.
Ester menjelaskan bahwa kurva covid pada setiap negara berbeda-beda, karena adanya perbedaan proteksi sosial. Negara yang memberikan perhatian lebih kepada masyarakatnya, akan lebih cepat menurunkan kurva covid daripada negara yang memberikan perhatian setengah-setengah atau lebih sedikit. Hal ini bisa dilihat pada Thailand, Cina, Iran, dan Philipina. “Respon pemerintah terhadap masalah ini tentu akan memberikan hasil yang berbeda,” ujar Ester yang kini menjabat Direktur Program INDEF.
Di masa pandemi ini, tambah Ester, kita juga perlu memiliki strategi bertahan guna menjaga diri. Kita perlu mempertimbangkan dampak terburuk, memikirkan solusi yang belum pernah terpikir, dan melakukan mobilisasi sumber daya.
“Guna menjaga diri, kita perlu menjalankan tiga aturan ini, yaitu fokus dengan apa yang kita punya, melakukan perubahan kecil, tidak berhenti melakukan hal kedua untuk menuju hal pertama,” ucap Ester via zoom.
Sementara Indera Widi membahas hal terkait bisnis bank di masa pandemi. “Di masa pandemi ini bank bisa mendapatkan keuntungan melalui QRIS, payroll, cash management, payment link, payment gateway. Kita menggunakan hal-hal yang berhubungan dengan online,” jelas Ass. Manager Consumer Card BCA ini.
Widi mengakui bahwa setiap solusi baru berisiko menimbulkan masalah baru, namun setiap masalah tentu memiliki solusi. Menurutnya bank harus selalu mendengarkan nasabah, melakukan inovasi, perbaikan terus-menerus, dan tentunya beradapatasi,
“Di era ini, khususnya masa pandemi Bank BCA berupaya terus melakukan inovasi guna mempermudah masyarakat dan berupaya mendengarkan keluh kesah nasabah, sehingga selalu melakukan perbaikan dan berupaya untuk terus beradaptasi dengan keadaaan yang ada,” jelasnya.
Selanjutnya Meila menjelaskan tentang bisnis di era digital, yang tentu memberikan dampak besar bagi masyarakat modern saat ini. Melalui bisnis ini kita mudah menemukan barang yang kita butuhkan. Dari segi informasi juga dengan mudah bisa kita temukan.
“Melalui bisnis digital kita mendapat beberapa keuntungan seperti creating value at new fronties, creating value in core businesses, dan creating value in capabilities,” paparnya. Namun ia tak menampik bahwa dalam bisnis digital perlu perjuangan untuk bisa bertahan.
“Selain itu digital juga memiliki survive yang harus diperhatikan yaitu genuine empathy to human’s live, torture test to the resilience of the organization and flexibility, terakhir bet on the rich resources and talent speedy recovery actions,” ujar Meila.
Widi Astumo berbagi pengalaman tentang permasalahan covid yang juga memberikan dampak bagi dunia pertelevisian, sehingga harus melakukan perubahan dalam siaran. Sedangkan Santoso membahas tentang peran Peer to Peer (P2P) Lending yang bisa menjadi jembatan di masa kini. (patricia)